Pacing
Costus
speciosus,
(Koenig)
J.E Smith.
ASPEK
BOTANI
Nama Latin : Costus
speciosus, (Koenig) J.E Smith.
Sinonim : Costus seri ceous, BI., Costus laureiri, Horan., Amomum arboreum, Lour., Amomum hirsutum, Lamk., Banksia speciosa, Koenig.
Nama Umum2
1.
Indonesia :
Pacing
2.
Inggris :
crepe ginger
3.
Melayu :
Tepung Tawar, Galoba Utan
4.
Cina :
Zhang Liu Tou
Nama Daerah2
1.
Jawa :
Pacing, Poncang-pancing, Pacing Tawa
2.
Sunda :
Pacing, Pacing Tawar
3.
Batak :
Tabar-tabar, Totar
4.
Bangka :
Kalacim, Kalacing, Tabar-tabar, Tawar-tawar
5.
Madura :
Bunto, Binto
6.
Minahasa :
Palai Batang, Lingkuas Intalun
7.
Minangkabau : Sitawar
8.
Manado :
Galoba Utan
9.
Makasar :
Tampung Tawara, Tapung Tawara
10. Bugis
: Tepu Tawa
11. Ambon : Tehe Tepu, Tubu-tubu
12. Ternate : Uga-uga
13. Seram : Muri-muri, Tebe pusa
Klasifikasi
Botani1
Kingdom : Plantae
(tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
(tumbuhan berpembuluh)
Super
Divisi :
Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta
(tumbuhan berbunga)
Kelas : liliopsida
(berkeping satu/monokotil)
Sub
Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Costus
Nama
Latin Tumbuhan : Costus speciosus, (Koenig) Sm.
Ciri Morfologi2
Tumbuhan berupa herba tahunan, tegak, tingginya dapat
mencapai 0,5 sampai 4 meter. Batangnya banyak mengandung air, mudah dipatahkan,
dari luar kasar dan dari dalam licin dan mehgkilat. Batang tertutup oleh
pelepah daun, berwarna hijau keunguan. Daunnya merupakan daun tunggal, berwarna
hijau, berbentuk lonjong sampai lanset memanjang, tersusun secara spiral
melingkari batang. Ujung daun meruncing, tepi rata, pangkal daun tumpul,
panjang 11-28 cm dan lebarnya 8-11 cm. Permukaan daun bagian bawah berbulu
lembut, sedangkan permukaan atas beralur. Tangkai daun pendek. Perbungaan berbentuk bulir besar yang
terietak pada ujung batang. Bunganya berwarna putih atau kuning. Daun pelindung
bulat telur dengan ujung runcing. Mahkota berbentuk tabung, panjang lebih
kurang 1 cm dan diameter sekitar 5 mm. Benang sari sepanjang 6 cm, ujungnya
runcing, berwarna hijau. Putik tersembul di atas kepala sari, warnanya
putih. Buahnya buah kotak berbentuk
bulat telur, berwarna merah. Biji keras, kecil, diameter lebih kurang 2 mm,
berwarna hitam. Akar serabut berwarna
putih atau kuning kotor. Rimpang
mengandung pati.
·
Simplisia
Rimpang Pacing4
Makroskopik
Kepingan
ringan, bentuk bundar sampai lonjong atau tidak beraturan, panjang sampai 5 cm,
lebar sampai 4 cm, tebal 2 mm sampai 7 mm. Permukaan bidang irisan berwarna
kecoklatan agak pucat, melengkung tidak beraturan, tidak rata, penuh dengan
lekukan dan tonjolan silindrik tidak beraturan, membulat atau memanjang, tebal
tonjolan lebih kurang 1mm. Kadang-kadang berpori, permukaan luar bidang irisan
berwarna kecoklatan, batas korteks dan silinder pusat tampak sebagai garis,
tebal korteks 3 mm sampai 4 mm. Bekas patahan agak berbubuk, tidak rata, warna
lebih pucat dari bidang irisan.
Mikroskopik
Pada penampang
melintang tampak epidermis terdiri dari satu lapisan sel dengan dinding tebal, rambut penutup
panjang terdiri dari beberapa sel, ujung runcing, dinding tipis. Parenkim luar
berdinding tipis, diantara sel parenkim terdapat sel minyak. Kambium gabus
terdiri dari beberapa lapis sel dinding tipis parenkim. Korteks berdinding
tipis, didalamnya terdapat butir-butir pati, bentuk bulat panjang, hampir
seperti torpedo, hilus berbentuk titik atau bergaris terdapat pada bagian yang
lebar. Berkas pembuluh tipe amfikibral tersebar dalam korteks dan empulur. Pada
berkas pembuluh terdapat serabut berbentuk memanjang, ujung tumpul, dinding
bergelombang, bernoktah, lumen lebar. Endodermis terdiri dari satu lapis sel
berdinding tipis. Dibawah endodermis terdapat berkas tipe pembuluh amfikribral
disertai serabut.
· Serbuk simplisia Rimpang pacing4
Makroskopik
Serbuk berwarna kecoklatan
Mikroskopik
Fragmen
pengenal adalah parenkim dengan sel minyak, jaringan kambium gabus dinding
tipis. Pembuluh kayu dengan penebalan jala atau tangga, parenkim xilem dengan
dinding bernoktah, berlignin, serabut bentuk memanjang, dinding bergelombang,
lumen lebar, butir pati bentuk panjang
seperti torpedo, hilus berbentuk titik, garis atau celah memanjang terdapat
pada bagian yang lebar, rambut penutup panjang terdiri dari beberapa sel, ujung
runcing, dinding tipis.
|
Kegunaan
dan Cara Pemakaian
Rimpang Pacing
1.
Obat
Bengkak3
Bahan : 100 g kulit rimpang pacing
Cara
pembuatan : Rimpang dicuci dan
diparut, kemudian dibalut dengan kain bersih.
Pemakaian : Ditempelkan pada bagian yang
bengkak.
2. Obat Mencret3
Bahan : 10 g rimpang pacing
Cara pembuatan : Dicuci dan direbus dengan 2 gelas air
selama 15 menit, dinginkan dan saring.
Pemakaian : Diminum dua kali sehari pagi dan sore sama banyak.
3. Perut Kembung3
Bahan : 10 g rimpang pacing
Cara
pembuatan : Dicuci dan direbus dengan
2 gelas air selama 15 menit, dinginkan dan saring.
Pemakaian : Diminum dua kali sehari pagi dan
sore sama banyak.
4. Obat Demam3
Bahan : 50 g rimpang pacing
Cara
pembuatan : Dicuci dan diparut
Pemakaian : Gunakan sebagai kompres.
5. Perontok Eksim5
Bahan : Rimpang pacing segar
Cara
pembuatan : Dicampur dengan satu rimpang kunyit, tambahkan air secukupnya, lalu
dipipis sampai berbentuk pasta.
Pemakaian : Dioleskan pada bagian kulit yang
sakit.
6. Peluruh Air Seni6
Bahan : Rimpang pacing
Cara
pembuatan : Haluskan bahan, rebus dengan air sampai mendidih, lalu disaring
airnya.
Pemakaian : Diminum.
7. Kontrasepsi KB9
Bahan : 10 g Rimpang pacing, buah
pace 1 buah
Cara
pembuatan : Semua bahan direbus sampai mendidih, sisakan airnya satu gelas, kemudian
disaring dan dinginkan
Pemakaian : Diminum setiap hari setelah
menstruasi selama 10 hari dengan cara berturut-turut
8. Busung air9
Bahan : 12 g Rimpang pacing, 1 g
herba kumis kucing
Cara
pembuatan : Didihkan bahan dengan air, dibuat infus
Pemakaian : Diminum 1 kali sehari 100 ml.
Batang
Pacing
1.
Radang
Mata3
Bahan :
Batang pacing
Cara pembuatan : Kupas batang, kemudian isinya dikerok, ambil airnya.
Pemakaian : Airnya
diteteskan pada mata yang radang 3 kali selama satu minggu pada malam hari.
2.
Penyubur
Rambut3
Bahan :
1 batang pacing muda
Cara pembuatan : Ditumbuk
dicampur dengan air, campurannya didiamkan beberapa menit.
Pemakaian : Digunakan untuk keramas
3. Penurun panas8
Bahan : Batang pacing
Cara
pembuatan : Batang dibelah, kemudian diiris-iris bagian dalamnya
Pemakaian : Hasil irisan tempelkan pada
pelipis.
4. Penawar Racun Bisa Ular8
Bahan :
Batang Pacing
Cara pembuatan : Batang
dipotong-potong.
Pemakaian : Dioleskan pada luka bekas gigitan ular.
Daun
Pacing
1. Gatal-gatal 3
Bahan : Daun pacing
Cara
pembuatan : Ambil daunnya
Pemakaian : Gosokkan pada bagian yang gatal
Bunga
Pacing
2. Pegal pada Lutut8
Bahan : Air dalam bunga
Cara
pembuatan : Ambil embun yang terdapat
pada bunga setiap pagi hari.
Pemakaian : Dioleskan pada lutut yang sakit.
Aktivitas Farmakologis yang Sudah Diteliti
·
Antifertilitas
Berbagai jenis senyawa bioaktif yang terkandung pada berbagai jenis tumbuhan dapat
digunakan sebagai bahan antifertilitas, stimulant uterus, atau bahan estrogenik
(Farnsworth et al., 1975 ). Umumnya senyawa-senyawa tersebut berasal dari
golongan steroid, alkaloid,
isoflavonoid, triterpenoid dan xanthon (Farnsworth et al., 1975; Ghosal et al., 1971; Chattopadhyay et al., 1983;
dan Chattopadhyay et al, 1984).
Rimpang dan biji tumbuhan pacing mengandung diosgenin
(sapogenin steroid), tigogenin, dioscin, gracillin, sitosterol, methyltriacontane,
8-hydroxyhentry-acontan-one,
24-hydroxytriacontan-26-one
dan 24
hydroxyhentryacontan-27-one.
Kandungan-kandungan kimia di atas merupakan bahan baku untuk
pembuatan obat-obat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan
(Wijayakusuma, 1997).
Menurut jurnal
penelitian yang dibuat oleh Adnan dan Halifah Pagarra yang berjudul “PENGARUH
EKSTRAK RIMPANG TUMBUHAN PACING (Costus speciosus, J.E Smith) TERHADAP FERTILITAS MENCIT(Mus musculus) ICR JANTAN” rimpang tumbuhan
pacing diduga kuat berpengaruh terhadap fertilitas mencit jantan. Hal ini dimungkinkan terjadi melalui
peningkatan level plasma progesteron di dalam darah. Bila level plasma progesteron di dalam darah
tinggi, cenderung menekan level plasma testosteron yang mengakibatkan terjadinya
gangguan pada spermatogenesis. Gangguan
pada spermatogenesis dapat menyebabkan
antara lain jumlah sperma yang diproduksi menurun, jumlah sperma yang abnormal
meningkat dan pada akhirnya akan menekan daya konsepsi pada mencit jantan. Fertilitas mencit jantan akan terukur melalui
pengamatan terhadap berat testis, berat epididimis, berat vesikula seminalis,
jumlah total sperma yang dihasilkan, jumlah sperma yang abnormal serta daya
konsepsi mencit jantan.
Menurut Chattopadhyay et al., (1983) berat testis
tikus yang diperlakukan dengan hippadine , suatu alkaloid yang diisolasi dari
Amarilydaceae menjadi menurun sebagai akibat terhambatnya pembelahan dan
differensiasi sel-sel germinal., hal ini merupakan manifestasi dari
terhambatnya kerja androgen. Lebih
lanjut dikemukakan bahwa untuk regenerasi sel-sel germa membutuhkan adannya
androgen. Menurut Johnson dan Everitt
(1989), hormon androgen berperan menginduksi dan memelihara differensiasi
jaringan somatik jantan, menginduksi karakter seks sekunder pada jantan,
menginduksi dan memelihara karakter seks sekunder pada jantan, dan berpengaruh
terhadap tingkah laku seksual dan agrevisitas hewan jantan serta merangsang
anabolisme protein.
Berkaitan dengan uraian tersebut, menurut Djukri
(1996) rimpang tumbuhan pacing mengandung diosgenin yang merupakan prekursor
progesteron. Progesteron bekerja secara
anatagonis dengan androgen. Turner dan
Bagnara (1988) mengemukakan bahwa zat
antiandrogen bekerja pada lokasi sasaran
untuk mencegah androgen mengekspresikan aktivitasnya. Anti androgen bekerja
secara kompetetif pada lokasi reseptor
jaringan sasaran untuk menghalangi aksi hormon androgen. Androgen
adalah hormon yang esensil untuk mengontrol sifat-sifat seks sekunder pada
hewan jantan serta kemampuan fungsional saluran-saluran dan kelenjar-kelenjar
reproduksi tambahan. Aksi metabolik yang
paling menonjol adalah digiatkannya
metabolisme protein. Androgen juga
menimbulkan pengaruh terhadap epitel germinal tubulus testis dan dengan
demikian mempengaruhi produksi spermatozoa (Turner dan Bagnara, 1988).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh adnan
menunjukkan bahwa ekstrak rimpang tumbuhan pacing dapat menurunkan berat
epididimis. Menurunnya berat epididimis boleh jadi sebagai hasil pengaruh
ekstrak terhadap fungsi testis.
Epididimis merupakan tempat penyimpanan sperma sementara
(Chattopadhyay et al., 1983). Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian ekstrak rimpang tumbuhan pacing memiliki efek oligozoospermia
hingga azoospermia. Ekstrak rimpang
tumbuhan pacing tersebut dapat mengganggu proses spermatogenesis, dan
kemungkinan besar gangguan yang ditimbulkannya terjadi pada pembelahan sel- sel
spermatogonia. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak rimpang tumbuhan pacing
bersifat sebagai bahan antifertilitas.
Aspek Kimia dan Produksi
a. Kandungan Senyawa Kimia
Kandungan Karbohidrat
|
||
Senyawa
|
Kadar (%)
|
Struktur
|
Diosgenin
|
0,1465 %
|
|
Tigogenin
|
Tidak diketahui
|
|
Dioscin
|
Tidak diketahui
|
|
Gracilin
|
Tidak diketahui
|
|
Sitosterol
|
Tidak diketahui
|
|
Methyl Triacontan
|
Tidak diketahui
|
|
b. Standarisasi Simplisia dan Ekstrak
·
Kebenaran
Bahan
1. Determinasi
Botani (Identitas Tumbuhan dan Morfologi)
Telah dibahas pada Bab I
2. Ciri
Mikroskopik dan Makroskopik /Organoleptik
Telah dibahas pada Bab I
3. Profil
KLT
Prosedurnya adalah : timbang 600 mg serbuk
rimpang, campur dengan 5 mL metanol P dan panaskan di atas tangas air selama 2
menit, dinginkan dan saring. Cuci endapan dengan metanol P secukupnya sehingga
diperoleh 5 mL filtrat. Pada titik pertama, kedua dan ketiga lempeng KLT
ditutulkan masing-masing sebanyak 5μL zat warna I LP. Eluasi dengan
dikloroetana P dengan jarak rambat 15 cm. keringkan lempeng tersebut di udara
selama 10 menit, eluasi lagi dengan Toluena P dengan arah eluasi dan jarak rambat
yang sama. Amati dengan sinar biasa dan sinar Ultraviolet 366 nm. Selanjutnya semprot dengan pereaksi
Anialdehida-asam sulfat LP, panaskan pada suhu 1100C selama 10
menit. Amati lagi dengan sinr biasa dan sinar Ultraviolet 366 nm. Dengan perlakuan yang sama seperti cara kerja
di atas lakukan juga dengan penyemprotan dengan pereaksi AlCl3 LP.
Pada kromatogram tampak bercak-bercak dengan warna dan hRx sebagai
berikut :
No.
|
Dengan sinar biasa
|
Dengan sinar UV
366 nm
|
||||
hRx
|
Dengan pereaksi
|
Tanpa pereaksi
|
Dengan pereaksi
|
|||
I
|
II
|
I
|
II
|
|||
1.
|
7-12
|
Violet
|
-
|
-
|
Ungu
|
-
|
2.
|
19-25
|
Violet
|
-
|
Ungu
|
Ungu
|
Ungu
|
3.
|
28-31
|
Violet
|
-
|
-
|
Biru
|
-
|
4.
|
39-43
|
Violet
|
-
|
-
|
Ungu
|
-
|
5.
|
47-51
|
Violet
|
-
|
-
|
Ungu
|
-
|
6.
|
89-94
|
Violet
|
-
|
-
|
Ungu
|
-
|
7.
|
131-137
|
Violet
|
-
|
-
|
Ungu
|
-
|
4.
Uji
Identifikasi Dengan Penambahan Pereaksi
Serbuk costi
rhizoma
|
Pereaksi
|
Hasil
|
2 mg
|
5 tetes H2SO4
P
|
Terjadi warna
cokelat tua
|
2 mg
|
5 tetes H2SO4 10 N
|
Terjadi warna cokelat merah
|
2 mg
|
5 tetes Larutan
NaOH P 5% (b/v) dalam Etanol
|
Terjadi warna cokelat jingga
|
2 mg
|
5 tetes larutan Besi (III) Klorida P 5%
|
Terjadi warna kuning kehijauan
|
2 mg
|
5 tetes Ammonia
(25%) P
|
Terjadi warna jernih (negatif)
|
·
Kemurnian
Bahan
Parameter
|
Jumlah
|
1. Kadar Abu Total
|
Tidak lebih dari 6 %
|
2. Kadar abu Tidak
Larut Asam
|
Tidak lebih dari 1,5 %
|
3. Kadar Abu Larut
Air
|
Tidak lebih dari 13 %
|
4. Bahan Organik
Asing
|
Tidak
lebih dari 2 %
|
5. Kadar Air
|
Tidak lebih dari 10 %
|
·
Kadar
Senyawa Marker
Kandungan diosgenin dalam kalus Costus speciosus telah
dilaporkan oleh Rathore dan Khanna
(1979). Dari kalus yang berumur enam minggu kadar diosgenin mencapai
0,71% bobot kering kalus, sedangkan pada eksplan yang digunakan (kecambah)
kadar diosgenin hanya 0,33%. Namun setelah kalus berumur lebih dari enam
minggu, kadar diosgenin menurun dengan cepat, yaitu pada minggu ke delapan
hanya 0,15%. Selanjutnya dilaporkan oleh Khanna (1982) bahwa kultur kalus Costus speciosus yang ditambah dengan
kolesterol (90 mg/100 ml media) akan meningkatkan diosgenin dari 0,48% menjadi
1,41%.
Menurut soegihardjo dalam jurnal penelitiannya yang
berjudul “Produksi diosgenin dengan sistem sel amobil dari Costus speciosus
smith”, dapat dilakukan biosintesis
senyawa diosgenin pada tanaman pacing dengan sistem sel amobil. Sistem amobil
memiliki beberapa keunggulan, antara lain, mampu secara fisika memisahkan antara
sel, media, dan produk, meningkatkan daya guna bioreactor, dan mampu beroperasi
secara berkesinambungan dalam jangka waktu lama (Payne et al.,1992). kemungkinan
system sel amobil dapat diterapkan dalam produksi diosgenin (salah satu prazat
untuk sintesis parsial kortikosteroid atau hormon steroid untuk KB) dipilih
kultur suspensi sel Costus speciosus
(pacing).
Langkah awal adalah penumbuhan kecambah steril dari
biji pacing. Kecambah steril yang terbentuk digunakan sebagai eksplan pada
inisiasi kalus. Caranya adalah kecambah steril dipotong menjadi beberapa bagian
lalu ditabur secara aseptis pada media padat RT-1 (media RT ditambah 2,4-D 1
bpj). Setelah ditutup dengan kertas aluminium, selanjutnya diinkubasi pada suhu
(25 ± 3)° C dengan pencahayaan dengan periode 18 jam terang, 6 jam gelap
sehingga terbentuk kalus. Setelah kalus cukup besar (berumur empat minggu),
dilakukan subkultur, yaitu memindahkan kalus yang telah dibagi ke media RT-1
padat. Subkultur dilakukan berulang kali hingga diperoleh kalus yang meremah
(friable). Dari kalus tersebut dibuat kultur suspensi sel dengan media cair
RT-0,1. Kemudian diinkubasikan dengan digojog pada gyrorotary shaker
(penggojog-berpusing) dengan kecepatan 100 rpm. Selanjutnya dilakukan subkultur
sehingga diperoleh biomasa yang cukup. Suspensi sel yang diperoleh disaring
dengan penyaring sel 40 mesh. Biomasa yang lolos disebut sel halus dan yang
tertinggal di penyaring disebut sel kasar.
Analisis kuantitatif diosgenin dalam biomassa dan
media dapat dilakukan dari cuplikan yang telah dilakukan pemisahan secara kromatografi
lapis tipis, bercak yang terjadi yang memiliki Rf sama dengan bercak diosgenin
baku pembanding diskaning pada panjang gelombang 439 nm. Luas daerah di bawah
kurva untuk bercak diosgenin tersebut dimasukkan pada persamaan garis kurva
baku. Hasilnya dapat dibedakan amobilisasi sel halus dan kumpulan sel kasar,
yaitu pada sel kasar nampak pertumbuhan sel lebih cepat dengan terbentuknya
akar sehingga akan merusak matrik atau manik-manik tersebut.
Dari data hasil penelitian yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa pada sel amobil Costus spesiosus dengan matriks natrium
alginat dan dikocok dalam media cair yang diperkaya dengan elisitor (ekstrak
khamir) dan precursor (kolesterol) akan meningkatkan biosintesis diosgenin
dengan kadar mencapai 733,6 µg/100 ml media.
PUSTAKA
1.
Anonim, 2012. pacing,
http://www.plantamor.com/index.php?plant=396,
diakses pada hari Rabu, 12 Desember 2012 Pukul 21.03
2.
Wahyuningsih, Dra. Edang. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan
Obat. UNAS/ P3TO UNAS
3.
Widyaningrum, Herlina & Tim Solusi
Alternatif. 2011. Kitab Tanaman Obat
Nusantara. Jakarta : MedPress. Halaman 940-941
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
1989. Materia Medika Indonesia Jilid V. Jakarta
: Direktorat Jenderal Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Halaman 160-162.
5. Agus.2012, dalam http://krjogja.com/read/152167/rimpang-pacing-rontokkan-eksim, diakses pada hari kamis 13 Desember 2012 pukul 20.14.
6. Republika online, dalam http://www.litbang.deptan.go.id/tahukah-anda/?p=18,
diakses pada hari Sabtu 15 Desember 2012 pukul 18.49.
7. Anonim, 2012, dalam http://www.toga.web.id/2012/06/pacing.html,
diakses pada hari Sabtu 15 Desember 2012 pukul 19.07.
8. Kinho, Julianus, dkk.2011.Tumbuhan Obat Tradisional Di Sulawesi Utara
jilid 1. Manado : Ristek. Halaman 27-29
9. Anonim, 2009, dalam http://tanamanobatherbal.com/2009/07/pacing/, diaksed pada hari
kamis, 20 Desember 2012 pukul 19.20.
assalamualaikum kakak maaf kaka saya mau minta izin jadikan reverensi
BalasHapusPoker - The Official Baccarat Site - Febcasino
BalasHapusPlay Poker with a septcasino free online 인카지노 tournament from your favorite game dealer. Get $10 to play. Play now and win at our poker room! 바카라사이트